Mengaku Baik

“Dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi.” Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.” Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar” (QS. Al Baqarah: 11-12).

Mengaku diri baik dan beriman, siapa saja bisa melakukannya. Kadangkala sebahagian orang mendukung kata-katanya itu dengan memakai pakaian yang di luarnya menampakkan kebaikan dan kesalihan. Namun bila apa yang ada di balik sebahagian pengakuan atau pakaian, tak jarang didapati sejumlah niat dan pelaksanaannya yang tidak searah.

Kenyataan yang sama bukan hanya terdapat pada pribadi seseorang, tetapi juga pada lembaga-lembaga yang katanya mengurus keperluan rakyat. Di antara sejumlah lembaga yang terang-terangan menyebut diri membantu, menyelesaikan masalah, mengedepankan keadilan, memperjuangkan kebenaran, dan sejenisnya. Hampir bisa dipastikan, tak ada satupun lembaga pemerintah yang sengaja dibentuk yang tujuannya bukan untuk kepentingan rakyat banyak, tetapi untuk kemaslahatan. Karena itu, seharusnya tak ada rakyat yang perlu takut berhadapan dengannya atau tak perlu kuatir tidak terlayani.

Namun, kenyataan yang terjadi tak jarang sebaliknya. Membantu tanpa pamrih sudah menjadi hal yang langka. Penyelesaian masalah seringkali berubah makna menjadi memperpanjang dan memperumit masalah. Keadilan dan kebenaran sudah sangat sulit didapat. Memberdayakan umat berubah menjadi memperdaya umat. Suka atau tidak suka, harus kita akui bahwa sebahagian kita bagaikan sudah tak mampu lagi membedakan antara kebenaran dengan kebatilan. Ketika kebatilan dilakukan, tak terasa itu sebagai hal yang bersalah dan berdosa. Akibatnya, perbuatan-perbuatan berdosa berlangsung terus nyaris tak tercegah.

Tinggalkan komentar